Cahaya Dalam Kamar

Hari itu, malam begitu hening. Tidak ada suara, angin tidak bertiup. Langit pun gelap tanpa hiasan bintang yang mengiringinya. Seakan dunia mengerti kalau jiwa ini sekarang butuh ketenangan, ya.... ketenangan yang kubutuhkan...karena...besok....besok hari pernikahanku,
aku bingung harus berbahagia atau bersedih ?
berbahagia karena seorang adam yang aku tunggu bertahun-tahun akhirnya datang menjemputku. Tak terasa telah lama aku menunggunya, sudah 10 tahun sejak saat itu....tapi aku percaya dia pasti datang dan .... dia betul-betul datang, tanpa tersadar aku larut dalam kebahagianku hingga menetes air mataku, aku terharu....dia betul-betul datang. Ahh.. seperti sebuah mimpi saja, tapi aku tersenyum karena itu bukan mimpi....
tapi disisi lain aku harus bersedih, telah mulai besok aku akan pergi dari rumahku ini...aku akan berpisah dengan orang tuaku...orang yang telah dengan sepenuh hati membesarkanku...tanpa minta ganti rugi karena sudah membesarkanku....akankah dia rela melepasku pergi...
tapi itu memang harus terjadi...tapi tenanglah, abi,umi aku akan senantiasa mengingatmu dalam do’aku. Engkau tidak akan pernah pergi dalam benakku.
“ Nduk Nisa, ayo bangun sholat tahajjud dulu. Udah jam 3 itu.”suara ibuku masuk perlahan dalam telingaku, lembut membangunkanku dari tidur lelapku...”lha bangun, itu sudah jam 3 ayo kamu sholat tahajjud dulu minta pada-Nya agar hari ini berjalan dengan lancar.”
“iya Bu...” jawabku dengan mata masih mengantuk aku berjalan perlahan kekamar mandi.
# jam 08.00 wita #
“ Qobiltu nikaaha....”. “ sah?”. “sah-sah.” Akhirnya telah berlangsung pernikahanku dengannya, Habil. Ya...dia yang mengajari keluarga kami untuk tidak memboroskan uang hanya unruk pesta pernikahan yang sudah menjadi adat dimana-mana, memang Walimatul Ursy adalah sunnah tapi tidak dilakukan dengan pesta pora yang berlebihan, dan pastinya juga disitu banyak wanita dan laki-laki bercampur baur. Sudah pasti itu maksiat, akankah lembaran baru hidup harus dimulai dengan dosa...itu yang tidak ia inginkan, agama juga mengajarkan untuk sederhana saja dan tidak perlu mengundang keluarga jauh. Cukup seadanya saja dari tetangga-tetangga dekat saja, dan ia juga menuturkan kalau keluarga perempuan tidak boleh membuat acara yang membutuhkan biaya. Hal itu tidak ada tuntunannya. “ daripada buang uang seperti masyarakat yang terlanjur kena adat dari barat sana...mending uangnya di tabung untuk berangkat haji saja..memang sekarang sulit bagi umat islam menjalankan agamanya, mereka lebih takut meninggalkan adat istiadat daripada meninggalkan ajaran agama...kita harus berani dan mau berubah!” terangnya pada keluargaku sebelum hari itu di gelar....dan akhirnya sudah resmi aku telah bersanding dengan orang yang telah kutunggu kedatangannya....
“Alhamdulillah....terimakasih Ya Allah..”
Sudah setahun aku bersamanya. Sudah lama ia membimbingku ke dalam pelukan islam yang sesungguhnya, ia betul-betul menjagaku. Seperti yang diajarkan islam yang sesungguhnya, akhirnya aku bisa menjalankan inti sari surat Alahzab ayat 59, aku telah menutup semua auratku penuh, tanpa ada yang terlihat yang memang harus tidak boleh dilihat, mulai lengan tangan, kaki yang sering masih bisa dilihat pada wanita berjilbab sekalipun. Aku baru tahu betapa pentingnya menutup aurat, menjaga diri untuk selalu meminta izin pada suami ketika harus pergi, selalu taat padanya. Karena memang itu yang ditekankan didalam ajaran islam. Aku yakin pasti ia tidak akan salah dalam mengarahkanku, ia mengajariku untuk berislam secara kaffah (seluruhnya).
Pernah aku harus sering pergi ke dosen pembimbingku untuk menyelesaikan skripsiku. Aku tahu hal itu tidak diperkenankan dalam agama dimana aku harus bersama laki-laki lain sendirian walau hanya sekejap, dan suamiku harus tahu dengan siapa saja aku berhubungan. Sunguh lengkap Islam itu. Mungkin bagi sebagian wanita muslimah ajaran islam telah mengurungnya. Tapi sadarkah kita bahwa islam sangat menghargai wanita. Kita tahu bahwa kalau barang dagangan yang mahal tidak akan bisa dilihat, di sentuh, dan dibuka sembarangan. Iya kan...kan tidak mungkin ada orang yang membiarkan intan berserakan dimana-mana. Maka sudah menjadi keharusan kita bangga jadi seorang Muslimah, jangan terpengaruh seruan kaum feminis yang menggembor-gemborkan “persamaan gender”. Memang pada awalnya itu sulit bagiku terasa terpenjara, tapi lama-lama aku sadar. Sebenarnya betapa cintanya Allah dan suamiku kepadaku....aku harus rela dikucilkan teman-temanku, dan menanggung segenap cobaan, yang semakin lama cobaan-cobaan itu malah semakin membuatku yakin dengan islam...
Akhirnya aku harus meminta izin pada dosenku untuk pergi kerumahnya dengan ditemani suamiku, ‘ tidak bisa...itu malah akan mengganggu konsentrasimu...percayalah. kamu suruh suamimu mengantar saja jangan ditemani, kamu tidak akan bisa konsentrasi nantinya...” sudah berbagai alasan aku ungkapkan tapi tetap saja dosenku bersikeras tidak mau. Bergejolak dalam pikirabku mana yang ku pertahankan gelar yang akan kuraih atau keyakinanku, mana yang harus ku korbankan...karena usahaku untuk negosiasi dengan dosen sia-sia...aku menunduk....dengan pasti kukatakan,” ya sudah pak kalau begitu mau bapak....saya tidak akan datang tanpa suamiku, biarlah aku korbankan saj gelar itu aku tidak butuh kalu hal itu mengharuskanku menentang keyakinanku...terima kasih, pak...mulai sekarang aku berhenti saja kuliah, assalamualaikum”
Aku berjalan dengan tertunduk tapi tidak ada penyesalan dalam hatiku, aku bangga karena aku bisa membuat keputusan yang benar..” eh...tunggu – tunggu....baiklah, kamu boleh pergi bersama suamimu....”
“ apa pak?....terimakasih....pak, saya pamit dulu,,,?” aku pulang dengan tersenyum ingin segera kuceritakan perjuanganku tadi kepada suamiku, pasti ia bangga.
“ assalamualaikum”, “assalamualikum”, aku masuk rumah tapi ko’ tidak ada jawaban, dimana suamiku tidak seperti biasanya...ia pergi tidak bilang...aku gelisah pergi kemanakah ia....oh...ada surat diatas meja....ku baca, mataku terbelalak terkejut, aku layu....lemas.... lunglai tidak tahu apa yang harus kulakukan.

Melihat bunyi surat itu......


Assalamualakum
Adinda Nisa
Tak terkira senangnya hati ini, hingga lupa bagaimana mulai mengungkapkannya. Hati ini berdebar, mulut ini serasa kaku, karena tak kuasa untuk mengatakan dua buah kabar gembira pada dinda. Serasa rumah kita dihujani oleh curahan rahmat yang begitu besar, sudah siapkah adinda mendengar dua kabar gembira yang Kakanda dapatkan dari dua sumber yang berbeda pula. Tapi tenang adinda dua kabar ini adalah kabar gembira yang tiada taranya didunia ini bagi keluarga muslim yang betul-betul menjalankan ajarannya. Dan Kakanda yakin kalau adinda telah mulai sempurna mengamalkan agama yang mulia ini. Sudah setahun ini Kakanda mengerahkan segala upaya untuk mengenalkan adinda dengan si mutiara islam yang sesungguhnya.
Tapi meskipun kabar ini kabar gembira, Kakanda minta adinda siap dan selalu berpikir atas dasar syariat islam, jangan adinda menanggapinya dengan akal. Karena tidak semua hukum atau ketentuan islam itu bisa dinalar oleh akal manusia yang sangat terbatas. Adinda sudah siapkah adinda mendengar kabar gembira itu?
Adinda, sudah setahun ini kita menikah. Kita tahu rumah tangga kita begitu bahagia tanpa ada masalah yang berarti. Sudah setahun ini kita mengalami suka duka bersama, kita sudah menjadi satu kesatuan yang utuh, kita sudah tahu karakter pribadi satu sama lain, kita sudah bisa menerima perbedaan diantara kita. Tapi ada satu yang kurang selama setahun ini kita belum dikaruniai seorang teman yang menghibur kita, ya...kita belum di beri keturunuan oleh sang Maha Menentukan, tapi Kakanda tahu ada suatu pelajaran yang Allah sisipkan di setiap halaman episode kehidaupan yang kita jalani. Dan inilah kabar bahagia itu dinda, pagi tadi Kakanda buka kotak surat depan rumah kita yang sudah beberapa bulan ini tak pernah ada isinya. Tapi entah ada apa hati ini seakan ditarik oleh rasa yang kuat untuk menegok ada apa didalam kotak surat itu, dan betul ternyata ada dua buah surat yang baru saja dikirim tadi pagi. Surat yang pertama aku ambil tertulis disitu dengan jelas pengirimnya dari Dr. Irsyad, dokter yang memeriksa dinda minggu kemarin. Di dalam surat itu tertulis bahwa dinda positif hamil, bayi di perut dinda sudah berusia 3 bulan. Sungguh bahagia hatiku demi mendengar kabar ini. Bagaimana dinda, sungguh kabar yang menggemberikan bukan?
Kabar yang kedua, tak kalah bahagianya. dinda sudah dua minggu ini sebenarnya Kakanda pergi ke suatu tempat tanpa pamit ke dinda terlebih dahulu. Ada beberapa alasan mengapa Kakanda melakukan ini, salah satunya Kakanda tidak mau dinda mencegah Kakanda, yang berarti dinda telah mencoba mencegah ditgakkannya syariat. Dan supaya Kakanda tidak terlalu memikirkan hal itu dua minggu yang lalu. Dinda kalau dinda tahu apa yang paling diidam-idamkan oleh para kaum muslim sejati.... mereka mendambakan syahid dinda, iya....jihad adalah panggilan yang dinanti-nanti oleh seorang muslim laki-laki. Maka termasuk munafik apabila panggilan itu diabaikan, di medan jihad itu sebuah motivasi tertinggi memperjuangkan islam berada. Di situlah islam mempersiapkan pasukan yang mendambakan kematian (syahid), karena sesungguhnya mereka (syuhada’) tidak meninggal melainkan hidup di sisi Rabbnya. Dan seandainya pulang dengan selamat mereka membawa pahala yang sungguh besar. Di medan jihad mereka mengorbankan seluruhnya, harta, jiwa, keluarga demi agama tercinta ini....itu yang diimpi-impikan. Dinda begitupun Kakanda sangat merindukan hal itu, oleh karena pikiran itu akhirnya dua minggu lalu Kakanda mendatangi Pos Relawan Jihad Afghanistan, disana Kakanda mendaftar untuk menjadi pasukan relawan dari Indonesia. Dan hari ini surat itu datang, Kakanda diterima untuk menjadi salah satu pasukan. Begitu gembira tak terperikan rasa dalam dada ini, dinda. Dan Kakanda harap dinda juga merasakan hal yang sama. Dinda memang berat rasanya hal itu bagi dinda, tapi disisi lain dinda harus bahagia karena menjadi seorang isteri seorang mujahid. Apakah dinda tidak cinta pada Allah, apakah dinda akan mengurangi rasa Cinta dinda pada Sang Maha Pencipta gara-gara harus menunda pemberangkatan Kakanda? Tidak bukan dinda...percayalah dinda Allah akan selalu menjaga dinda dan bayi yang ada di perut dinda. Dan maaf dinda, Kakanda berangkat tanpa berpamitan pada dinda. Pesawat di dalam surat itu berangkat pukul sebelas siang ini, Kakanda sudah mencoba menunggu dinda. Tapi dinda tak muncul-muncul jua, tapi tak mengapa walau tak bertemu untuk perpisahan yang mungkin juga menjadi perpisahan terakhir. Kakanda yakin, lebih bahagia pertemuan kita di surga kelak. Dinda tidak usah terlalu bersedih, do’akan Kakanda supaya bisa berjuang maksimal di medan jihad nanti, dan ceritakan pada anak kita kelak tentang ayahnya yang meninggalkan anak dan isteri tercintanya untuk islam. Dinda, Kakanda yakin dinda kuat menjalani semuanya ini sendiri, walau Kakanda tidak bisa menemani dinda waktu persalinan kelak, Kakanda berdo’a agar anak kita menjadi anak yang shalih karena di tinggal ayahnya berjihad ketika lahir. Kelak ia harus bangga dan membuat bangga ayahnya jika ayahnya menjadi syuhada’. Percayalah dinda walau mungkin kita tidak bisa bertemu lagi di dunia ini, kita pasti akan berjumpa di surga yang bahagianya berkali-kali lipat. Kumohon dinda jaga diri dinda baik-baik, dan tumbuhkan anak kita menjadi seorang muslim sejati.
Sampai Jumpa Dinda
Wassalam.


Tak tahu apa yang kurasakan saat ini, aku bingung. Antara bahagia atau sedih, air mata ini tak bisa kutahan, butiran air mataku kini telah membasahi seluruh daguku, semakin besar karena tercipta dari air mata kebahagian bercampur air mata kesedihan, akankah kelahiran anakku akan diiringi kesyahidan suami tercintaku...oh Tuhan, apakah begini ujian yang harus hamba hadapi...untuk membuktikan rasa cintaku pada-Mu, inikah yang di rasakan oleh Hajar ketika harus ditinggal seorang diri bersama Ismail oleh Ibrahim As. inikah yang pengorbanan yang dirasakan olehnya, ternyata ini masih belum ada apa-apanya bilakah harus dibandingkan oleh pengorbanan Hajar, betapa tidak Ia ditnggal bersama bayi Ismail di gurun yang begitu panas tanpa teman, tanpa air. Sungguh begitu cengengnya diriku ini, tapi tetap saja aku tidak kuasa menahan air mata ini. Bagaimana mungkin......bersambung

Bid'ah Yang Sebenarnya



banyak orang yang memperdebatkan apa bid'ah itu, 
banyak yang mengecam sana sini,itu bid'ah ini bid'ah tanpa tau apa bid'ah itu.....hal yang mana yang bisa di katakan bid'ah,
dalam menilai hal ini kita tidak bisa berada pada kondisi " sedang tertuduh" atau "yang menuduh"  kita harus keluar dan mencoba melihat kari kaca mata putih yang netral. dengan hati dan pikiran yang terbuka dan siap menerima apapun hasilnya, dan tidak menempatkan hati kita pada salah satu sisi diatas, sehingga nantinya kita bisa mencapai kebenaran bukan atas dasar nafsu belaka, jika kita sudah bisa menghilangkan rasa dituduh atau menuduh tersebut. mari kita telaah apa itu bid'ah? yang mana yang bisa dikatakan bid'ah?
mari kita sama-sama telaah baik-baik.... 
Bid‘ah berasal dari kata bada’a- yabda‘u-bad‘an wa bid‘at[an] yang artinya adalah mencipta sesuatu yang belum pernah ada, memulai, dan mendirikan. (Kamus al-Munawir, hlm. 65)....

Kokohnya Kepribadian

Rasulullah bersabda yang artinya : Pena pencatat pahala dan dosa diangkat (tidak ditulis) dari 3 kelompok manusia: orang yang sedang tidur, orang yang pingsan sampai dia bangun, dan anak kecil hingga ia menjadi besar (Shahihul Jami').
Ilmu pengetahuan kedokteran kontemporer kini menegaskan bahwa sel-sel manusia yang di kulit, otot-otot, tulang, dan mata, semuanya mengalami perbaruan pada setiap 7 (tujuh) tahun sekali, kecuali sel pusat syaraf, sebab sel pusat syaraf selesai mengalami perkembangannya pada usia 7 tahun dimana 9/10 otaknya berkembang pada masa 1 - 7 tahun. Dan andai sel-sel otak dan syaraf otak berubah-ubah (berkembang ataupun mengalami perbaruan) maka akanberubah pula kerpibadiannya. Dan jika demikian halnya, maka seseorang akan mengalami banyak mengalami kejanggalan perilaku karena perubahan-perubahan itu setiap harinya. Dan ini merupakan kehebatan dan rahmat Allah terhadap makhluknya semenjak dahulu kala. Maka Allah tidak membebani taklif (perintah dan larangan agama) kepada orang yang belum mukallaf, yaitu orang yang belum sempurna perkembangan dirinya...
Maka, apabila seorang anak sudah menjadi besar akan kokohlah kepribadiannya dengan kokohnya sel-sel pusat syaraf, dimana sel-sel ini tidak mengalami penambahan dan pengurangan sedikitpun walaupun ia mengalami benturan atau sakit. Andai sel-sel pusat syaraf mengalami pengurangan atau penambahan setelah sempurnanya perkembangan, tentu anggota tubuh manusia tidak bisa bergerak sebagaimana mestinya.
Subhanallah (Maha Suci Allah) Yang demikian menjulang tinggi bukti kekuasaan-Nya.
Allah berfirman:

كل شيء هالك إلاّ وجهه، له الحكم وإليه ترجعون
Segala sesuatu pasti akan mengalami kehancuran, kecuali wajah Allah, Dia-lah pemilik hukum dan kepada-Nya kalian kelak akan dikembalikan.

Tidakkah, dengan berita ini manusia harus memberikan sujudnya dan syukurnya hanya kepada Allah ta'alaa?

Sumber: wa fii anfusikum afalaa tubshirun" Anas ibn Abdul Hamid Al-Qouz
Penerjemah:Abu Muhammad ibn Shadiq

First Day Is Raining Day

HUJAN



Santri sekarang udah ndak pada bener......santri yang harusnya jadi simbol seorang pemuda yang memiliki dedikasi agama yang tinggi telah hilang di mata masyarakat, semakin menjamurnya pesantren menghujani tanah air indonesia, memberikan kontribui positif bagi dunia pembelajaran Indonesia.
Tapi hal itu tidak diimbangi dengan semangat kesadaran para santri akan eksistensinya di Indonesia sangat besar, sehingga mereka membuat satu bercak hujan yang tidak mengenakkan di telinga WNI,,,yah.....apa mau di buat sekarang pesantren kebanyakan hanya menjadikan santri sebagai bilangan bilangan yang menimbulkan pundi-pundi uang baik secara langsung ataupun secara terencana, lewat pencarian bantuan misalnya....